♥ Ingin Mencari Agen Judi Online Terbesar dan Terpercaya ♦ Silahkan Kunjungi Website Kami Di WWW.POKERHUNTER77.COM ♣ dan Menangkan Jackpot Sebesar Besarnya ♠

Minggu, 05 November 2017

Kisahku Menjadi Tukang Ojek Beruntung Memuaskan Dua Wanita Dalam Semalam


Namaku budi, pria 21 tahun. Awal kejadiannya adalah bulan Januari 2016 kemaren. Saya adalah mahasiswa pts di kota Yogya, karena terdesak dengan banyaknya kebutuhan hidup maka setiap sore sampai malam saya bekerja sebagai tukang ojek di daerah terminal.
Seperti biasanya-hari itu adalah senin malam- sekitar jam 19.00 wib saya masih nongkrong di pos ojek menunggu penumpang. Malam itu sepi karena banyak teman yang tidak berangkat mungkin disebabkan sejak jam 5 sore tadi hujan mengguyur kota ini. Hanya kami bertiga yang masih bertengger di pos ojek sambil main kartu untuk membunuh waktu.
Saat itu aku sudah jenuh, dan aku kalah mainnya, aturannya yang menang akan menarik penumpang duluan. Setelah kelewat sepuluh menit kami main kartu, dari arah magelang datang sebuah bus malam yang menurunkan banyak penumpang. Ada dua orang yang datang ke arah kami dan tentulah mereka adalah penumpang. Sejurus kemudian kedua temanku sudah meninggalkan aku sendirian di pos.
Yaah aku tidak dapat duit nih hari ini. Kemudian aku putuskan untuk pulang saja karena memang hujan tidak bersahabat, tentu para penumpang lebih suka naik taksi yang lebih nyaman. Saat aku starter motor aku lihat seorang perempuan muda 30-an tahun mungkin tengah menunggu taksi ataupun hujan reda. Kemudian saat aku lewat didepannya aku menawarkan tumpangan.
“ojek mbak?”
perempuan itu tampak ragu2. lantas melihat ke arahku.
“ke jetis berapa?”
“tujuh ribu mbak!” tak kusangka mbak itu mau juga aku tawarin.
“mmm baiklah, ada jas hujannya tho?”
“iya mbak, tapi cuma satu, nanti dibelakang khan nggak kena hujan” kataku meyakinkannya, padahal dia sudah basah kuyup oleh hujan. tubuhnya yang aduhai cukup terlihat dengan seksi, wah aku yang beruntung nih dibandingkan teman-temanku tadi.
Dibawah hujan rintik, perempuan ini ada dibelakangku, aku sempat berpikir bila dia bukan penumpangku, wah pasti udah kugoda nih, tiba-tiba dia merapatkan dadanya dipunggungku.
“siapa namamu?”
“budi” jawabku sambil bertanya juga siapa namanya, dan ternyata dia bernama dewi. tak terasa ternyata sudah sampai didepan rumahnya.
“kamu mampir dulu, Bud, ntar mbak buatkan kopi penghangat tubuh, sambil nunggu hujan reda” kata dewi
“makasih mbak, baiklah!” kataku sambil berpikir betapa beruntungnya aku. aku masuk rumah mengikuti dewi dan duduk di bangku kayu.
“nih handuknya, dan diminum kopinya yaaa” dewi melirik kearahku yang basah kuyup. kulihat tubuhnya hanya dibalut baju piyama dan rambutnya masih diikat dengan handuk. dadanya terlihat menonjol besar sekali, wah pasti enak nih, aku meliriknya. beberapa manit kemudian muncul seorang perempuan lagi sambil menggendong seorang anak yang katanya berumur 13 bulan, dan mengenalkan diri sebagai Ina, adik dewi. bayi dalam gendongannya sudah tertidur, dan Ina pamitan menidurkan anaknya.
“Kamu nginap disini saja, Bud, hujan malah tambah deras” kata dewi lagi.
Wah, tawaran yang aku tunggu nih, aku segera memasukkan motorku ke garasi dan bergegas kembali kedalam sambil mengeringkan tubuhku. Aku menuju ruang TV tempat dewi menikmati secangkir kopinya. setelah tahu aku datang, dia memberikan baju piyama kepadaku.
“aku ganti dimana nih?” aku bertanya.
“tuh dikamarku saja” jawab dewi sambil menunjuk pintu kamar. aku bergegas masuk kamar, kemudian melucuti semua baju basahku dan memakai piyama itu. tanpa kusadari ternyata dewi sudah berada di belakangku sambil memeluk aku. aku berbalik, dadaku bergetar melihat dia membuka tali piyamanya.
“kenapa Bud, takut yaaa?…”katanya sambil mendekat kearahku terus berjongkok didepanku. kulihat dadanya lumayan besar. dan membuat big penisku tegak berdiri.
“wooow, gedhe banget!!” kata dewi manja sambil mengusap zakarku pelan-pelan.
Dan dikulumnya penisku masuk kedalam mulutnya yang mungil. kurasakan sensasi yang luar biasa. terus dikocoknya kemaluanku, pelan-pelan penuh perasaan, kayaknya dewi sudah mahir sekali. kutarik bajunya hingga kami benar-benar telanjang. kugendong tubuh dewi ke ranjang dan kuletakkan di sudutnya. kukulum bibirnya, dia membalas dengan napas memburu. kuremas dadanya,payudara yang besar, halus dan kuning itu segera kulumat.

“Mmmhhhh,..nikmat sekali Wi,…”
“Teruussss,..Buuuddd”
Tanganku terus mengeranyangi kemaluan dewi yang sudah basah. terus kujilati kelentitnya yang hangat, aku jambak rambut kemaluannya, dewi menjerit sambil mengeluarkan cairan bening ke mulutku, dia menggelinjang, orgasme. Terus kujilati cairan itu sampai habis, sesekali kusentil kelentitnya dengan lidahku.
“Bud,…masukkan penismu, pleaseee” kata dewi sambil merem melek.
Langsung saja aku dekatkan batang kemaluanku ke arah lubang senggamanya, kumasukkan kepalanya sedikit, dewi tidak tahan lantas menaikkan pinggulnya dan tanpa terhalang-halangi penisku masuk ke dalam vaginanya. aku tusukkan pelan-pelan penisku karena ukurannya terlalu besar bagi vagina dewi.
“teruuusss yang kencangg Buud”
“ahhh ahhhh uuuuuuhh” kutusuk lebih keras, hingga berbunyi “sluugg, sluugg”.sambil kuremas payudaranya yang sudah mengeras putingnya. gerakkanku semakin kesetanan, melihat dewi merem melek sambil mendesah. lebih dari setengah jamaku dalam posisi tradisional seperti itu, kulihat dewi sudah lemas sekali, dia sudah berkali-kali orgasme.
“wi, aku masukkan dalam yaaaa” kataku sambil mengocok penisku terus di dalam vaginanya
“mmhhhh, terrrrserahhh” kata dewi sudah tidak jelas lagi dan croot croootttt, aku semburkan lahar panas ke dalam vaginanya, dewi lemas dan mungkin malah setengah pingsan. kemudian kucabut penisku dan berbaring disampingnya.
Kupeluk dewi yang kecapaian, karena perjalanan siang tadi, ditambah harus melawan penisku yang sudah cukup terkenal dikalangan cewek teman-temanku.”Aku tidur dulu Bud, capek!, besok pagi bangunkan aku yaa” kata dewi lagi.
Aku bangun, sambil mengenakan piyama lagi dan menuju keruang TV, aku baru tidak ingin tidur cepat nih, karena masih pukul 23.30 wib. kulihat Ina masih duduk didepan TV dan memelototinya.
“Acaranya bagus In?” tanyaku berbasa-basi
“Wah jelek nih, pusing jadinya…”katanya sekenanya
“Tolong dong Bud, ganti VCD saja, tuh didepan banyak VCD” kata Ina lagi.
Dengan malas aku meraih VCD dan menghidupkan playernya, kusetel saja sebuah VCD tanpa gambar sampul disitu. Setelah hidup akupun berbalik kearah Ina sambil duduk di sofa, disampingnya. Aku kaget ketika kulihat dilayar sebuah aksi yang sangat mendebarkan, seorang laki-laki yang bersenggama dengan empat cewek! wah?!
“Kamu suka kayak gitu ya In?” kataku menggoda. Ina hanya tersenyum sambil berbisik kearahku.
“Ayo puaskan aku seperti kakakku tadi, aku tahu apa yang kau lakukan” Ina melucuti pakaiannya, dan menarik tali tali piyamaku. burungku yang dari tadi sudah tegak dapat dilihat langsung oleh Ina. Langsung saja Ina meraup mulutku dan kami berciuman diatas sofa. bibir Ina melumat bibirku. Keliatan sekali dia sangat bernafsu, mungkin dia sudah lama tidak pernah melakukannya. kuangkat tubuhnya hingga dadanya ada didepan hidungku, kumasukkan putingnya kemulutku, kukulum, dan mmmnnhh ternyata keluar air susunya.
“wah, kamu ada susunya yaaa?” kataku sambil terus meneguk susu tawar itu, maklum aku kehausan karena sudah ‘bermain’ dengan kakaknya.
“iya, kamu habisin juga gak apa-apa, toh anakku sudah bobo sekarang!!?” aku semakin bersemangat.
Kuhirup susu segar itu langsung dari pabriknya, belum pernah lagi aku merasakan hal ini, wah asyik sekali. Ina terus menggelinjang sambil menggosok-gosokkan vaginanya ke penisku yang sudah tegak penuh.
Vaginanya memang sudah sangat basah, aku maklum saja.
“Bud, aku ingin langsung saja, kamu diam disitu, biar Ina saja yang,….” ina terus berceloteh sambil memutar tubuhnya membelakangiku dan menghadap TV, didudukinya kemaluanku yang tegak berdiri keatas.
“Ahhhh,aaauu” bless tanpa hambatan burungku segera bersarang ke vaginanya.
Dengan brutal, seperti orang kelaparan, Ina menggenjot tubuhnya, hingga penisku keluar masuk dan mengesek dinding vaginanya. dari pantulan kaca kulihat buah dada Ina naik turun dengan cepat. terus kuraih saja dan kupilin-pilin, tiba-tiba tanganku sudah basah dengan air susu yang banyak keluar dari toketnya,…
“Mmhhhh,…terus, Innnnn” desisku
Ina terus menggoyang sambil sesekali mendongak keatas hingga rambutnya menyabet wajahku.
“ahhh,…terussssssss” aku kenikmatan. sambil meremas-remas payudaranya. Setelah lima belas menit kemudian aku tak kuat lagi, kusemprotkan air maniku keatas, membasahi dinding vaginanya yang hangat,…
“Ahhhh….” Ina berhenti kecapaian, aku juga sangat kecapaian.
“Maafkan aku In, aku mungkin belum bisa memuaskan kamu, tapi besok lagi, pasti kamu kubuat pingsan” kataku cepat sambil memeluknya
“Aduh Bud, jangan salah, walau kamu diam tadi, aku malah dapat orgasme berkali-kali, kamu hebat!” kata Ina.
Dia memelukku sambil mengusap-usap alat kelaminku yang masih basah oleh mani, kemudian dia mendekatkan wajahnya dan menjilati mani yang tersisa di batang penisku sampai habis.
Begitulah cerita singkatku, sebagai tukang ojek yang sangat beruntung malam itu. kejadian itu berulang terus seminggu dua kali, tiap kali Ina ataupun Dewi membutuhkan kehangatanku, aku segera datang memenuhinya, hingga saat ini. bahkan sejak satu setengah bulan yang lalu, aku tinggal dirumah itu sambil menggarap skripsi disana.
Dan tentunya menjadi teman ranjang mereka berdua. Namun yang membuat aku gundah sekarang, Dewi yang berusia 31 tahun telah hamil muda, dan aku tahu pasti itu karena ulahku.
Aku berencana menikahi keduanya, karena mereka sudah sangat baik padaku dan membiayai kuliah dan hidupku.

Memuaskan Asisten Dosen Sampai Klimax


Saya seorang karyawan di Bank yang ada di kampus (di sebuah universitas). Saya mempunyai pengalaman yang tak akan saya lupakan. Saya telah menyetubuhi seorang asisten dosen wanita. Jika dilihat, diri saya juga nggak kalah dengan mahasiswa di kampus ini. Saya juga masih muda dan berbadan tegap.

Saya memang menyukai asisten dosen itu, saya memang suka dengan wanita yang agak kurus, tinggi, tetapi secara proporsional “lengkap” baik ukuran payudara maupun pantatnya. Pantatnya tidak terlalu besar namun sesuai dengan pinggangnya, wajahnya seperti awet muda, namun menunjukkan kecerdasan, dan kecerdasannya itulah yang membuatku cukup bernafsu untuk memberinya kepuasan dan membuatnya lemas dalam kepuasan.

Berikut cerita dewasa-nya. Sewaktu itu saya pulang kerja pada jam lima sore, saya lihat dia sedang menunggu hujan agak mereda pada hari itu, kita mengobrol karena dia dan aku searah. Saya ditawari untuk ikut serta dengan mobilnya. Di mobil kami bercerita tentang segala macam. Saya merasa ingin sekali bercerita terus.

Singkat cerita mobil yang membawa kami telah tiba di sebuah perempatan di mana saya harus turun, tetapi di luar masih hujan, dia memaksa untuk dapat mengantarkan saya sampai rumah karena jaraknya agak dekat. Tiba di rumah saya menawarkannya untuk masuk, dia akhirnya mau dengan keperluan untuk meminjam kamar kecil yang kemudian saya mengetahuinya digunakan untuk mengganti panty shield.

Singkat cerita, mungkin setelah tertarik kami saling bertatap-tatapan di depan kamar mandi setelah dia selesai dari kamar mandi, aku langsung menerjang bibirnya. Kuhisap mulut dan bibirnya yang lembut, tercium aroma tubuhnya white musk, tanganku bergerak merangkulnya dia memegang bahu dan otot bisep dan trisepku. Rupanya dia juga tertarik dengan tubuhku yang atletis, karena rambutnya sebatas leher, kusibakkan rambutnya ke belakang sehingga bisa kulihat belakang kupingnya dan tengkuknya.

Lalu kutarik perlahan hisapan mulutku pada bibirnya, dia menampar lalu kucium leher pada bagian bawah lehernya. Rupanya dia sungguh menikmatinya. Perlahan jari-jemarinya membuka kancing bajuku lalu tangannya masuk di sela-sela dan mengelus dadaku, terasa jantung dan darahku mendesir, sementara keadaan di luar rumah hujan dan dingin.

Tangan kananku mencoba mencari ritsluiting roknya di bagian belakang roknya. Setelah kutemukan, kuturunkan perlahan, tangan kirinya kemudian memegang tanganku sebagai tanda tak setuju. Tetapi karena itu kupindahkan lagi bibirku untuk kembali mencium dalam-dalam bibirnya yang tipis itu.

Nafas menderu dan berdesah, sementara semakin rapat saja payudaranya menekan dadaku. Kali ini berhasil kuturunkan ritsluiting roknya, kemudian ia melangkahi keluar dari lingkaran roknya yang telah turun ke lantai.

Lama juga aku mencium gadis ini, mungkin ada hampir 3 sampai 10 menit kemudian aku menatap matanya. Tak ada keraguan dari dirinya, kemudian kuangkat dan kugendong dia ke kamar, sampai di kamar kutaruh dia perlahan ke tempat tidur.

Sementara kuturunkan celana panjangku. Kupeluk dia, kucium rambutnya sementara kubuka baju kemudian kaus dalamnya, kulihat kulitnya putih sekali. Kemudian ia mengisyaratkan aku untuk menggunakan kondom, tetapi aku tidak punya, kemudian ia menepuk pipiku dan menarik pipiku sampai mulutku monyong.


 
“Gue nggak mau resiko, dasar anak nakal”, kemudian dia keluar kamar sambil hanya mengenakan pakaian dalam. Kemudian dia kembali sudah membawa beberapa kondom yang salah satunya sudah dia buka dengan cara digigit di depanku. Kemudian dia duduk di pahaku, sementara aku sudah telentang.

Dia mengamati bentuk penisku yang agak kentara, karena sudah agak mengeras di dalam celana dalam. Dia memainkan kuku telunjuknya mengikuti bentuknya dan mengelusnya perlahan. Sementara aku menarik CD-ku agak turun. Sehingga kini tegaklah penisku dengan perkasa dan ia tertawa melihatnya.

Dia memegang batang penisku dengan tangan kirinya dan mengelus-elusnya perlahan. Aliran darah menuju penisku semakin bertambah tegangnya, sehingga terlihat urat-urat di sekitar batangnya. Lalu tanganku ditariknya untuk memegang penisku sementara dia memasangi kondom itu dengan kedua tangannya.

Maklum penisku diameternya hampir sama dengan botol minuman kemasan. Akhirnya usaha untuk memasukkan kondom itu berhasil lalu dia bergerak maju dan agak berdiri setengah jongkok. Kemudian aku mengarahkan kepala penisku yang terselaputi itu ke arah lubang vaginanya.

Dia tidak membuka celana dalamnya, dia hanya menyampingkan sedikit bagian bawah celananya, tetapi dia menarik “panty shield” nya dan membuangnya ke lantai. Dia turun sedikit sehingga kepala penisku terbenam pada bagian kemaluannya. Agaknya dia berteriak tertahan dan berdesis, “Sshh… ahkk”, sepertinya memang agak rapat otot-otot kewanitaannya.

Dia bangun lalu menyuruhku untuk melakukan petting kembali. Tangannya menarik tanganku untuk meremas-remas payudaranya yang memang agak kecil dan bila ia tiduran tambah tidak terlihat tetapi tetap saja membuatku bertambah nafsu melihat ekspresi wajahnya. Sementara kudekatkan wajahku untuk mencium bibir dan lehernya.

Tangan kiriku bergerak turun ke balik celana dalamnya yang berwarna putih. Kuikuti alur garis bibir kemaluannya turun kemudian ke atas agak menyelip masuk sedikit ke dalam, kemudian naik ke atas agak di atas liang kenikmatannya.

Kucari benjolan kecil yang kemudian dapat kusentuh-sentuh dan kugerak-gerakkan, seiring itu dia bergerak-gerak tanpa sengaja dia menggigit bibirku, aku menarik wajahku dengan reflek. Tanganku yang tadinya kugunakan untuk meraba payudaranya, kugunakan untuk menarik bibirku agar terlihat dengan mataku, “Sorry nggak sengaja”, katanya.

Langsung saja kutarik celana dalamnya turun sampai ke betis, lalu kulihat bagaimana kemaluannya masih ditumbuhi bulu yang tidak terlalu lebat, halus namun merata. Lalu warna merah jambu bibir kemaluannya dengan bagian pantat yang tidak gemuk ia terlihat seperti anak-anak. Langsung saja kutindih tubuhnya namun kujaga agar ia tidak langsung kaget menerima beban tubuhku.

Kepala penisku kuarahkan ke arah bagian kemaluannya, tetapi aku kembali menciumi bibirnya dengan bibirku yang agak berdarah. Agak asin kurasakan kini, waktu itu penisku tidak masuk melainkan kegesek di luar saja kemudian kuangkat pantatku dan kulebarkan pahanya.

Sementara tangan kananku meraih bantal dan kuletakkan dibawah pinggang Desy, (oh ya namanya Desy) sehingga agak terangkat. Kemudian kuarahkan masuk kepala penisku sedikit demi sedikit kurasakan hangatnya “di kedalaman”. “Aakh… shh…” aku atau dia yang berdesis, aku sudah tidak ingat. Tak sampai penuh masuk, kutarik lagi penisku dan kulebarkan kembali pahanya dan kumasukkan kembali penisku dengan agak memaksa.

“Oouch”, ujarnya. Kutarik ke atas pantatku kemudian kubenamkan kembali penisku setelah beberapa kali terulang kutarik agak keluar dan kemudian kudesak sangat dalam sampai pangkal atau buah zakarku tertekan pada lubang duburnya.


 
Selama kejadian itu berlangsung tangan dia memelukku dengan erat namun seakan melemah ketika pinggangku kuangkat naik. Saling tarik nafas terjadi bagai sebuah kancah berebut oksigen sehingga beberapa menit kemudian desakan dari dalam tak bisa kutahan dan kulepaskan saja semuanya.

Nafasku terengah-engah, putus-putus, tak lama kemudian aku merasakan rasa tolakan serta desakan yang kuat dari dalam vagina Desy. Keringat dingin terasa di tubuhku dan kejang-kejang serta ekspresi lain yang tak kuingat dan kulihat karena aku merem menyertai pada diri desy.

“Ooohh… shh”, kemudian dia memelukku erat walaupun terasa desakan dari dalam kuat tetap saja tak mampu mengeluarkan penisku, malah jadinya kutekan sekuatku ke dalam. Lalu tak terasa aku tertidur lemas sampai akhirnya ia menggeserku agar pindah dari atas tubuhnya.

Penisku terangkat dan bersandar di pahanya. Kuberikan isyarat untuk mencopot kondomnya, ia kemudian melakukannya. Kupegang penisku dan kugerak-gerakkan, “Berani nggak?” kutanya. Begitu penis itu dipegangnya ia baru terkena di bibirnya dan terjilat sekali, dia kemudian muntah di lantai. “Pusing ah…” iya memang karena seharian kerja aku juga sempat kunang-kunang, setelah mencapai klimax.